Rabu, 26 Januari 2011

Cerpen Pertama

Pacar saya seorang pengarang.

Namanya Yo, hanya Yo, tak ada embel-embel lain dibelakangnya. Cuma Yo. Titik ga pake yang lain dan tidak ada tambahan. Pengalaman aneh untuk pertama kali dan terakhirnya saya bertemu dengan orang seperti Yo. Dan dia menjadi kekasih saya untuk selamanya. Sangat tidak suka ketika suatu kebetulan ia mengingat saya ketika pertama bertemu. Dan kadang memang saya jengkel ketika saya bertanya suatu hal yang berkaitan dengan cinta saya kepadanya, semua dijawab dengan kebetulan. Kenapa kamu sayang sama saya? Kenapa kamu pilih saya? Kenapa kamu cinta saya? Kenapa kamu,.. kamu.. kamu… hanya dijawab dengan singkat, padat, dan menjengkelkan. Semua hanya dijawab “kebetulan”.

Pacar saya seorang pengarang.

Dan saya pun akhirnya mengakui kalau pertemuan saya dengan dia itu berawal dari kebetulan. Kebetulan saya bertemu dia di toko buku langganan saya. Sedang mencari-cari buku untuk tugas kuliah yang menumpuk.
Dari belakang saya merasa sedang diperhatikan oleh seseorang. Seseorang yang aneh. Berkaca mata, rambut lebat ikat kuda, berkulit putih, menjinjing tasnya disamping yang kelihatan berat sangat. Ia terus memperhatikan saya. Agak risih memang. Setelah saya sedang mengantri dikassa untuk bayar, dia pun masih dibelakang saya. Karena sudah sangat jengkel, saya pun langsung bertanya dengan sopan.
“maaf mbak, kayaknya dari tadi situ ngikutin saya terus ya? Apa pernah ketemu sebelumnya?” saya memulai bicara.
“pernah” jawabnya.
“owh ya? Kapan ya?”
“tadi,, barusan,, ditoko ini..”
“hah? Kok?” tanyaku heran.
“iyah, barusan saya ketemu kamu, terus saya liat, saya langsung suka. Kamu mau jadi pacar saya ga?”
“HAH???!!!”
“kamu mau jadi pacar saya nggak?” Tanya dia lagi.
“APPA?!”
“kamu cakep, tapi sayang bolot ya?”
“ngomong apa mbak?”
“kamuuu.. mau jadi pacar saya apa nggak?”
Sekeliling memerhatikan saya dengan orang aneh itu. Lalu saya langsung pergi dengan tergesa-gesa tanpa membeli buku untuk tugas kuliah saya. Esoknya saya bernasib sama. Bertemu dihalte sedang menunggu jemputan teman untuk berangkat bareng.
“eh ketemu lagi? Masih mau jadi pacar saya ga?” Tanya dia dengan pede.
“HAH?!” saya langsung menyetop taksi dan langsung pergi tanpa menunggu teman. Begitu seterusnya. Selama 3 bulan 2 hari 10 jam. Saya bertemu dia dimana saja. Entah mengapa hati saya tiba-tiba mengatakan iya. Dan akhirnya saya resmi menjadi pacarnya tepat pada pertemuan di bulan ke 3, 5 hari 12 jam, 25 menit.

Pacar saya seorang pengarang.

Sudah 3 tahun berjalan pacaran ini saya merasa agak aneh dengan perubahan sifatnya. Ibu saya sudah pernah melarang untuk tidak pacaran dengan dia. Karena keanehan-keanehan yang dia perbuat, membuat ibu saya menjadi ilfeel.
“tapi aku sayang sama dia bu..” pintaku memohon pada ibu.
“cinta-cinta wae! Koe itu ganteng le.. banyak gadis-gadis kota yang ngarep karo koe le. Tapi kok milihnya si Yo yang nggak jelas juntrungannya. Mau apa koe karo dia le.. le…?” dengan logat jawanya menceramahi ku.
Tapi saya tidak perduli. Entah mengapa cuma karena Yo saya bisa jadi anak pembangkang tak penurut seperti ini. Cinta saya sudah untuk Yo. Hanya dia. Cuma Yo. Sifat Yo semakin menjadi aneh ketika dia memutuskan mengambil fakultas kedokteran. Setiap hari hanya mondar-mandir ke rumah sakit. Katanya ada praktek kerja disana. Padahal jadwal prakteknya jelas-jelas terpampang dikamar masih 2 bulan lagi. Apa dia sudah mulai bohong sama saya?

Pacar saya seorang pengarang.

Yo sudah jarang menjawab sms dan telpon saya karena terlalu sibuk dengan rumah sakit. Wajar tidak kalau saya cemburu dengan rumah sakit? Jadwal apel saya pun sampai ganti menjadi malam jum’at karena sabtu minggu ia selalu kesana alasan praktek kerja lapangan yang cepat. Hati saya dongkol tetapi saya rela demi untuk kebahagian dan cita-citanya yang menyimpang.
“sayang, kamu kenapa sering banget bolak-balik kerumah sakit sih? Praktek mulu setiap hari?!” Tanya saya kesal.
“yah namanya juga anak kampus, asdos juga. Kamu enak udah mulai kerja. Kuliah udah selesai, tinggal aku yang belom.”
“tapi kenapa tiap hari gini sih? Emangnya enggak ada libur? Jadwal kamu itu liburnya sabtu minggu kan?”
“sabtu minggu ada tambahannya lagi Yudha. Emang kenapa sih kalo aku bolak-balik kerumah sakit? Masa kamu cemburu sama rumah sakit? Temen aku cewek semua kok, yang cowok cuma Asep sama Dahlan. Itu kan juga temen kamu. Tenang aja ya sayang. Cuma kamu yang ada dihatiku.” Mencium kening ku dan pergi kedepan computer. Kembali menyempatkan menulis. Itulah hobinya.
Kalau pulang dari rumah sakit atau yang ia sebut habis praktek kerja pasti langsung ke depang computer. Ketak-ketik sana sini. Aku sambil bertanya tapi ia hanya jawab “hmm.. iyyaa.. he’emm.. ambil aja ya sendiri aku lagi sibuk.. !&^@*!*#&”. Menjengkelkan. Tapi saya sudah terlanjur cinta padanya.

Pacar saya namanya Yo.

Cinta pada semua karya tulisan-tulisannya yang tak terhitung. Cinta pada bau keringatnya yang khas. Cinta pada senyumannya yang membuat lesung dipipinya. Cinta pada rambutnya yang panjang dan hitam lebat. Cinta pada semua yang ia miliki. Dan terjawab sudah teka-teki rumah sakit yang selalu menghantui kepala ini tiap malam, yang selalu membuat saya cemburu.
Suatu kebetulan yang tak pernah saya lupakan selama hidup saya. Kebetulan saya bertemu dengan Yo dengan caranya yang sangat saya rindu. Kebetulan saya bisa jatuh cinta padanya. Dan kebetulan kanker otak bersarang didalam tubuhnya. Kebetulan dia terlanjur dipanggil yang maha kuasa terlebih dahulu dari pada saya. Kebetulan Yo memanglah satu-satunya wanita yang bisa menaklukan hati saya.
Saya berbaring ditempat tidurnya, mengendus-endus bau tempat tidurnya setiap hari. Mengumpulkan potongan rambut rontoknya. Mengelus-ngelus komputernya yang selalu menjadi temannya setiap hari. Mengambil semua isi kamarnya,, lemarinya,, semua yang pernah ia miliki. Semua saya pindahkan ke kamar saya yang menjadi sangat berantakan. Saya menjadi gila dibuatnya. Kemudian saya berniat meneruskan apa yang dilakukan Yo. Menulis sedikit demi sedikit. Huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat. Akhirnya berhasil menjadi suatu karya yang akan meneruskan tulisan-tulisannya. Salah satunya adalah cerita yang sedang kamu baca ini. Bagaimana? Tidak buruk bukan? Mudah-mudahan menjadi suatu awal yang baik. Hehehe… Amin..


Dia memang hanya dia
Ku s’lalu memikirkannya
Tak pernah ada habisnya
Benar dia, benar hanya dia
Ku s’lalu menginginkannya
Belaian dari tangannya
Mungkin hanya dia
Harta yang paling terindah
Di perjalanan hidupku
Sejak derap denyut nadiku
Mungkin hanya dia
Indahnya sangat berbeda
Ku haus merindukannya

Reff:
Ku ingin kau tahu isi hatiku
Kaulah yang terakhir dalam hidupku
Tak ada yang lain hanya kamu
Tak pernah ada
Takkan pernah ada

Benar dia, benar hanya dia
Ku s’lalu menginginkannya
Belaian dari tangannya
Mungkin hanya dia
Indahnya sangat berbeda
Ku haus merindukannya

Back to Reff

Ku ingin kau selalu di pikiranku
Kau yang selalu larut dalam darahku
Tak ada yang lain
Hanya kamu
Tak pernah ada
Takkan pernah ada

lagu ini saya sisipkan karena sangat indah dan dalam. hehe jadi melow-melow gitu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 26 Januari 2011

Cerpen Pertama

Pacar saya seorang pengarang.

Namanya Yo, hanya Yo, tak ada embel-embel lain dibelakangnya. Cuma Yo. Titik ga pake yang lain dan tidak ada tambahan. Pengalaman aneh untuk pertama kali dan terakhirnya saya bertemu dengan orang seperti Yo. Dan dia menjadi kekasih saya untuk selamanya. Sangat tidak suka ketika suatu kebetulan ia mengingat saya ketika pertama bertemu. Dan kadang memang saya jengkel ketika saya bertanya suatu hal yang berkaitan dengan cinta saya kepadanya, semua dijawab dengan kebetulan. Kenapa kamu sayang sama saya? Kenapa kamu pilih saya? Kenapa kamu cinta saya? Kenapa kamu,.. kamu.. kamu… hanya dijawab dengan singkat, padat, dan menjengkelkan. Semua hanya dijawab “kebetulan”.

Pacar saya seorang pengarang.

Dan saya pun akhirnya mengakui kalau pertemuan saya dengan dia itu berawal dari kebetulan. Kebetulan saya bertemu dia di toko buku langganan saya. Sedang mencari-cari buku untuk tugas kuliah yang menumpuk.
Dari belakang saya merasa sedang diperhatikan oleh seseorang. Seseorang yang aneh. Berkaca mata, rambut lebat ikat kuda, berkulit putih, menjinjing tasnya disamping yang kelihatan berat sangat. Ia terus memperhatikan saya. Agak risih memang. Setelah saya sedang mengantri dikassa untuk bayar, dia pun masih dibelakang saya. Karena sudah sangat jengkel, saya pun langsung bertanya dengan sopan.
“maaf mbak, kayaknya dari tadi situ ngikutin saya terus ya? Apa pernah ketemu sebelumnya?” saya memulai bicara.
“pernah” jawabnya.
“owh ya? Kapan ya?”
“tadi,, barusan,, ditoko ini..”
“hah? Kok?” tanyaku heran.
“iyah, barusan saya ketemu kamu, terus saya liat, saya langsung suka. Kamu mau jadi pacar saya ga?”
“HAH???!!!”
“kamu mau jadi pacar saya nggak?” Tanya dia lagi.
“APPA?!”
“kamu cakep, tapi sayang bolot ya?”
“ngomong apa mbak?”
“kamuuu.. mau jadi pacar saya apa nggak?”
Sekeliling memerhatikan saya dengan orang aneh itu. Lalu saya langsung pergi dengan tergesa-gesa tanpa membeli buku untuk tugas kuliah saya. Esoknya saya bernasib sama. Bertemu dihalte sedang menunggu jemputan teman untuk berangkat bareng.
“eh ketemu lagi? Masih mau jadi pacar saya ga?” Tanya dia dengan pede.
“HAH?!” saya langsung menyetop taksi dan langsung pergi tanpa menunggu teman. Begitu seterusnya. Selama 3 bulan 2 hari 10 jam. Saya bertemu dia dimana saja. Entah mengapa hati saya tiba-tiba mengatakan iya. Dan akhirnya saya resmi menjadi pacarnya tepat pada pertemuan di bulan ke 3, 5 hari 12 jam, 25 menit.

Pacar saya seorang pengarang.

Sudah 3 tahun berjalan pacaran ini saya merasa agak aneh dengan perubahan sifatnya. Ibu saya sudah pernah melarang untuk tidak pacaran dengan dia. Karena keanehan-keanehan yang dia perbuat, membuat ibu saya menjadi ilfeel.
“tapi aku sayang sama dia bu..” pintaku memohon pada ibu.
“cinta-cinta wae! Koe itu ganteng le.. banyak gadis-gadis kota yang ngarep karo koe le. Tapi kok milihnya si Yo yang nggak jelas juntrungannya. Mau apa koe karo dia le.. le…?” dengan logat jawanya menceramahi ku.
Tapi saya tidak perduli. Entah mengapa cuma karena Yo saya bisa jadi anak pembangkang tak penurut seperti ini. Cinta saya sudah untuk Yo. Hanya dia. Cuma Yo. Sifat Yo semakin menjadi aneh ketika dia memutuskan mengambil fakultas kedokteran. Setiap hari hanya mondar-mandir ke rumah sakit. Katanya ada praktek kerja disana. Padahal jadwal prakteknya jelas-jelas terpampang dikamar masih 2 bulan lagi. Apa dia sudah mulai bohong sama saya?

Pacar saya seorang pengarang.

Yo sudah jarang menjawab sms dan telpon saya karena terlalu sibuk dengan rumah sakit. Wajar tidak kalau saya cemburu dengan rumah sakit? Jadwal apel saya pun sampai ganti menjadi malam jum’at karena sabtu minggu ia selalu kesana alasan praktek kerja lapangan yang cepat. Hati saya dongkol tetapi saya rela demi untuk kebahagian dan cita-citanya yang menyimpang.
“sayang, kamu kenapa sering banget bolak-balik kerumah sakit sih? Praktek mulu setiap hari?!” Tanya saya kesal.
“yah namanya juga anak kampus, asdos juga. Kamu enak udah mulai kerja. Kuliah udah selesai, tinggal aku yang belom.”
“tapi kenapa tiap hari gini sih? Emangnya enggak ada libur? Jadwal kamu itu liburnya sabtu minggu kan?”
“sabtu minggu ada tambahannya lagi Yudha. Emang kenapa sih kalo aku bolak-balik kerumah sakit? Masa kamu cemburu sama rumah sakit? Temen aku cewek semua kok, yang cowok cuma Asep sama Dahlan. Itu kan juga temen kamu. Tenang aja ya sayang. Cuma kamu yang ada dihatiku.” Mencium kening ku dan pergi kedepan computer. Kembali menyempatkan menulis. Itulah hobinya.
Kalau pulang dari rumah sakit atau yang ia sebut habis praktek kerja pasti langsung ke depang computer. Ketak-ketik sana sini. Aku sambil bertanya tapi ia hanya jawab “hmm.. iyyaa.. he’emm.. ambil aja ya sendiri aku lagi sibuk.. !&^@*!*#&”. Menjengkelkan. Tapi saya sudah terlanjur cinta padanya.

Pacar saya namanya Yo.

Cinta pada semua karya tulisan-tulisannya yang tak terhitung. Cinta pada bau keringatnya yang khas. Cinta pada senyumannya yang membuat lesung dipipinya. Cinta pada rambutnya yang panjang dan hitam lebat. Cinta pada semua yang ia miliki. Dan terjawab sudah teka-teki rumah sakit yang selalu menghantui kepala ini tiap malam, yang selalu membuat saya cemburu.
Suatu kebetulan yang tak pernah saya lupakan selama hidup saya. Kebetulan saya bertemu dengan Yo dengan caranya yang sangat saya rindu. Kebetulan saya bisa jatuh cinta padanya. Dan kebetulan kanker otak bersarang didalam tubuhnya. Kebetulan dia terlanjur dipanggil yang maha kuasa terlebih dahulu dari pada saya. Kebetulan Yo memanglah satu-satunya wanita yang bisa menaklukan hati saya.
Saya berbaring ditempat tidurnya, mengendus-endus bau tempat tidurnya setiap hari. Mengumpulkan potongan rambut rontoknya. Mengelus-ngelus komputernya yang selalu menjadi temannya setiap hari. Mengambil semua isi kamarnya,, lemarinya,, semua yang pernah ia miliki. Semua saya pindahkan ke kamar saya yang menjadi sangat berantakan. Saya menjadi gila dibuatnya. Kemudian saya berniat meneruskan apa yang dilakukan Yo. Menulis sedikit demi sedikit. Huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat. Akhirnya berhasil menjadi suatu karya yang akan meneruskan tulisan-tulisannya. Salah satunya adalah cerita yang sedang kamu baca ini. Bagaimana? Tidak buruk bukan? Mudah-mudahan menjadi suatu awal yang baik. Hehehe… Amin..


Dia memang hanya dia
Ku s’lalu memikirkannya
Tak pernah ada habisnya
Benar dia, benar hanya dia
Ku s’lalu menginginkannya
Belaian dari tangannya
Mungkin hanya dia
Harta yang paling terindah
Di perjalanan hidupku
Sejak derap denyut nadiku
Mungkin hanya dia
Indahnya sangat berbeda
Ku haus merindukannya

Reff:
Ku ingin kau tahu isi hatiku
Kaulah yang terakhir dalam hidupku
Tak ada yang lain hanya kamu
Tak pernah ada
Takkan pernah ada

Benar dia, benar hanya dia
Ku s’lalu menginginkannya
Belaian dari tangannya
Mungkin hanya dia
Indahnya sangat berbeda
Ku haus merindukannya

Back to Reff

Ku ingin kau selalu di pikiranku
Kau yang selalu larut dalam darahku
Tak ada yang lain
Hanya kamu
Tak pernah ada
Takkan pernah ada

lagu ini saya sisipkan karena sangat indah dan dalam. hehe jadi melow-melow gitu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar